Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

SATU

Nyatanya hidup memang dinamis. Bumi terus berputar. Matahari, bulan, bintang, langit dan alam semesta terus bergerak berdasarkan siklusnya. Mereka menjalani setiap detik penuh tanggung jawab, tanpa mau peduli apakah manusia selaku mikrokosmos turut berdinamisasi atau tidak. Karena masing-masing telah memiliki jalannya sendiri tanpa harus saling ngricuki.
Manusia, satu-satunya makhluk yang dibekali dengan hati dan akal untuk berpikir serta mampu membedakan yang baik dan buruk, yang harus dilakukan dan ditinggalkan, seringkali bersikap manja. Di kala menghadapi persoalan pelik, tak jarang ia mudah berputus asa, merasa seolah dirinya sendiri yang tengah menangis darah, paling tersudut, paling menderita dan seterusnya. Padahal, andai ia mau menengok, melihat sekitar dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang disaksikan, sejujurnya ia tahu bahwa setiap kepala memiliki masalah dengan corak yang berbeda tentunya. Dan jika ia mau menghadapinya dan tak lari dari kenyataan, ia pasti mampu berdiri tegap, dan berkata, “Hei masalah, aku lebih hebat darimu! Dan aku akan menakhlukkanmu!”
Dalam hal ini, perlu pula diingat bahwa kata hanya sebatas kata tanpa realisasi, implementasi, dan aktualisasi hingga terlahir tindakan-tindakan konkret dari tekad yang telah mewujud menjadi kata-kata. Dari dinamisasi inilah sesungguhnya dapat kita sadari bahwa bahagia-derita, suka-duka, susah-senang, tangis-tawa,  akan terus bergulir. Dan kalau boleh berpendapat lagi, bahwa semua hanya akan bermuara pada satu, karena derita, duka, susah dan tangis ibarat gelap, jahat dan benci saat disandingkan dengan terang, baik dan cinta. (Terlintas teori Albert Einstein & Empedokles).



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar