Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kerja Kelompok, Masih Relevankah?

>

Tugas kelompok merupakan hal yang sering dilakukan dalam proses belajar-mengajar. Pasalnya, secara teori banyak dampak positif dari aplikasi belajar kelompok. Namun, dalam pengamatan penulis, sejauh ini hal yang seringkali membuat seseorang jengkel adalah saat mengerjakan tugas kelompok dan pada akhirnya hanya satu orang saja yang harus mengerjakannya. Itupun setelah melalui proses eyel-eyelan yang panjang. Semua beralasan tidak pahamlah, sibuklah, banyak yang harus dikerjakan, inilah, itulah dan seterusnya sehingga hasil yang didapatkan pun tidak maksimal karena asal-asalan dalam mengerjakannya.  Pada akhirnya peristiwa yang terus berulang ini membawa penulis pada sebuah kesimpulan, bahwa tugas kelompok tidaklah lagi relevan diterapkan dalam sebuah pembelajaran. Jika guru/dosen menginginkan adanya tukar pendapat dan saling berdiskusi satu sama lain antar individu dalam kelompok untuk memperluas wawasan, nyatanya berapa persen yang benar-benar demikian?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Manusia (Perspektif Sejarah)


Makhluk Tuhan yang mulia, dibekali ruh ilahiyah, hati dan akal untuk menjalani kehidupan di muka bumi sebagai kholifatullah fil ardh. Yang sangat potensial untuk menjadi mulia setaraf malaikat, pun sebaliknya turun derajat setaraf asfala saafiliin, layaknya binatang. Banyak pendapat mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah. Sejatinya tidaklah demikian. Dalam firmanNya yang mulia, Qs. al-Baqoroh: 33 telah jelas bahwa Adam bukanlah manusia pertama. Lebih jelasnya simak ayat berikut:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Dari ayat tersebut, nyatalah ada makhluk penghuni bumi sebelum Adam; makhluk yang gemar berbuat onar, kerusakan dan mencintai pertumpahan darah. Sehingga saat Tuhan mengabarkan I’tikadNya untuk menciptakan kholifatullah fil Ardh, malaikat protes “Mengapa hendak Engkau ciptakan makhluk yang hanya akan merusak bumi dan menumpahkan darah?” Ini  semakin menguatkan adanya makhluk penghuni bumi sebelum Adam yang suka berbuat onar. Mengenai siapa makhluk sebelum Adam inilah yang menjadi pokok bahasan di sini. Bahwa mereka dikenal dengan sebutan banuu jan; yang nantinya menjadi nenek moyang para jin. Mereka dicipta dari api. Sedang manusia dicipta dari tanah, di mana dalam tanah sendiri termuat anasir; air, angin dan api. Ketika unsur air paling dominan maka manusia akan cenderung dikuasai sifat erotis. Sedang ketika unsur angin yang dominan, ia akan cenderung suka berhayal. Dan ketika manusia mampu menyeimbangkan anasir tersebut, maka ia akan menjadi manusia sempurna. Karenanya, manusia adalah makhluk yang mampu menjadi kholifatullah fil ardh. Dan ketika Adam diturunkan ke muka bumi, malaikat mengusir banuu jan, lalu mereka menempati pulau-pulau (lautan) yang ada.
Maka wajar, ketika para ilmuwan melalui penelitian panjangnya menghasilkan kesimpulan adanya manusia purba. Salah satu teori termasyhur _meskipun telah terbantah dan terpatahkan_ tentang asal mula manusia adalah teori evolusi Darwin yang mengatakan bahwa manusia merupakan hasil evolusi dari kera. Kiranya teori tersebut tidaklah 100% salah jika ditinjau dari sejarah di atas. Kera yang dimaksud oleh Darwin mungkin saja hanyalah istilah bagi makhluk pra-manusia.
Ada beberapa hadits mengenai Adam dan jika disusun secara tertib ini merupakan evolusi manusia dari pertama hingga kini. Pertama bahwa Adam adalah manusia pertama berumur 1000 tahun. Kedua bahwa Adam berjumlah 10000 dan masing-masing berumur 1000 tahun pula. Hingga Adam terakhir yang melahirkan Habil dan Qobil; Adam yang menjadi bapak manusia. Terkait umur dan ukuran tubuh manusia juga mengalami evolusi. Di mana era Adam AS manusia berumur 1000 tahun dengan tinggi 60 dziro’(30 m) dan lingkar tubuh 15 m. Lalu era Nuh AS umur 900 tahun, era Ibrahim 350 tahun, era Musa AS 120 tahun hingga era Nabi putra padang pasir, sang revolusioner dunia; Muhammad saw 63 tahun.
Dari sejarah al-Qur’an ini, maka tidak heran jika kehidupan manusia tidak terlepas dari hal-hal gaib. Karena memang bumi Allah ini telah lama dihuni Banuu Jan jauh sebelum manusia lahir. Dan perlu diketahui bahwa Banuu Jan sakit hati karena diusir dari bumi oleh sebab manusia lebih dipercaya dapat menjadi kholifatullah fil ardh. Sebab itu, mereka (Banuu Jan) berikrar pada Tuhan akan mengganggu manusia, menyesatkan mereka sesesat-sesatnya ilaa yaumil qiyaamah, kecuali hambaNya yang ikhlas. Dapat diasumsikan bahwa Indonesia adalah belahan bumi di mana Banuu Jan paling banyak tinggal di dalamnya. Karena itu juga gunung berapi terbanyak di dunia ini terdapat di Indonesia. Ini membuktikan betapa besar pengaruh Banuu Jan pada manusia Indonesia.
Hal tersebut di atas yang melatarbelakangi munculnya semacam tahlil dan sedekah yang dibingkai dalam beragam frame di setiap daerahnya. Itu semua tak lebih untuk meminimalisir pengaruh Banuu Jan dalam menguasai manusia kemudian menyesatkan mereka. Dari sini, berbagai ritual yang dilaksanakan warga Negara Indonesia seperti kenduri di hari-hari tertentu dari kelahiran dan kematian, tasyakuran saat pindah rumah atau menempati wilayah baru. Semua itu tidak lain untuk minta izin pada penghuni sebelumnya sebagai bentuk penghormatan dan menjaga tali silaturrahim untuk bersama beribadah kepada Sang Kholiq; Allah swt.
Diskusi di Pesantren Global Agus Sunyoto
bersama mahasiswa fakultas ilmu budaya UB dan aktivis PMII Rayon Perjuangan “Ibnu Aqil”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tanamkan Swasensor pada Setiap Individu


Sebuah sms penawaran ikut diskusi tiba-tiba membangunkanku dari lamunan di pagi itu, mata masih ngantuk namun harus duduk diam sambil mendengarkan ceramah rutin. Karena hari sabtu aku free, maka ku setujui untuk join. Sebuah Sosialisasi dan Diskusi Lembaga Sensor Film (LSF) dengan tema “Memasyarakatkan Kesadaran Swasensor Pertunjukan Film dan Tayangan Televisi” yang sekaligus merupakan sebuah harapan guna memperbaiki moral bangsa yang sudah terlanjur bejat hampir di semua lini kehidupan.
Bertempat di Hotel Santika, jalan Letjend Sutoyo 79 acara yang diselenggarakan oleh LSF bekerjasama dengan Organisasi Lembah Ibarat dan Universitas Airlangga Surabaya terkesan elit. Hadir di tengah-tengah diskusi tokoh-tokoh pemerintahan, ilmuwan dan kaum intelektual muda dari kalangan mahasiswa. Prof. Dr. Djoko Saryono, dr. Lenggang Kencana n, MARS, Agus Sunyoto, M. Pd dan Drs. Dzulkifli Akbar mengawali diskusi dengan menyampaikan materi dari perspektif keilmuan masing-masing. Dengan dimoderatori oleh A. Widyastuti, SH terjadi timbal balik yang baik antara pemateri dengan audiens sehingga diskusi terasa hidup dan tidak membosankan.
Miris memang jika kita menyaksikan bagaimana dampak negatif perkembangan media massa telah merasuki setiap jiwa, mulai anak-anak, remaja hingga dewasa pun demikian. “Dahulu, kerja LSF bisa dikatakan ringan karena film masih dikemas dalam bentuk rol. Namun sekarang, sudah kerja ekstra keras namun masih juga kewalahan.” Keluh Bapak Drs. Nunus Supardi wakil ketua LSF dalam sambutannya.
Tidak heran beliau menyampaikan hal tersebut dalam forum karena realita memang demikian. Jika dibandingkan dengan zaman dahulu, saat media massa maksimal berada pada level televisi, mungkin kesadaran swasensor tidak harus tertanam pada masing-masing individu. Pasalnya, saat ini IPTEK kian canggih. Untuk nonton film tidak harus di televisi, cukup dengan membawa flash disk yang ukurannya kian hari kian mengecil lalu mencolokkannya di laptop, film dengan segala tetek bengeknya dapat dinikmati. Berbagai illegal film tersebar di seluruh penjuru dunia melalui internet. Siapapun dapat mengaksesnya. Film-film tersebut tidak melalui LSF sehingga tampil apa adanya, tak ada satu adegan pun tersensor. Padahal, tidak sedikit film-film tersebut memuat adegan-adegan yang tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat terlebih mereka yang berada di bawah umur. Adegan-adegan yang pelan-pelan namun pasti tidak sekedar menjadi tontonan namun juga tuntunan.
Anak muda adalah individu paling rawan terbawa arus. Karena kondisi psikologis mereka yang memang masih labil. Di sinilah, perlu adanya kesadaran swasensor dari masing-masing individu untuk mengetahui dan dapat memilah-milah mana yang baik untuk dikonsumsi dan mana yang tidak. Peran orang tua, guru dan lingkungan sangat berpengaruh sebagai suri teladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena itu, sangat disayangkan saat guru yang harusnya digugu lan ditiru dan orang tua yang harusnya mengontrol perilaku anak-anaknya kok malah pelaku amoral. Na’udzubillah min dzalik!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Komersialisasi Tulisan

Selama ini aku memang selalu tidak PD dengan tulisanku. Pasalnya aku belum mampu menuliskan ide-ideku dengan kata-kata indah yang enak dibaca dan meninggalkan kesan wah bagi pembacanya. Terlebih, saat tahu bahwa setiap tulisan memiliki standart tersendiri. Bahwa menulis harus menggunakan EYD, ilmiah, sekian karakter, dan pakem-pakem yang membuatku terkungkung dan terkurung. Tulisan yang tidak sesuai pakem adalah tulisan yang tidak baik, atau belum layak menjadi konsumsi publik. Karenanya, aku selalu ragu jika tulisanku harus dibaca orang lain.
Namun, mulai sekarang aku terus mencoba menuliskan apapun yang ada di benakku. Tentang komentar dan pendapatku atas segala hal, baik yang menyangkut diriku sendiri maupun hal-hal di luarnya seperti fenomena sosial yang ada. Setiap orang memiliki hak untuk berpendapat atas sebuah fenomena, baik dhohir maupun yang bersifat transendental dan keilmuan. Bahasa yang digunakan dalam menulis pun tak harus mengacu pada ukuran standart bahasa yang baik dan benar. Karena inti menulis bukanlah kompetisi menyampaikan pendapat dengan bahasa terbaik dan terindah, namun menyampaikan ide dan gagasan.
Kita harus kembali ke awal tujuan menulis. Bahwa tulisan merupakan salah satu media penyampai informasi yang sangat efektif karena ia memuat sejarah. Sebelum adanya budaya menulis, maka selama ini segala informasi dan ilmu pengetahuan hanya ada di lisan sehingga tidak bersifat abadi. Setelah lahirnya budaya menulis, maka kita akan dapat membaca sejarah dan segala hal di dalamnya yang terjadi di masa lampau untuk dijadikan cermin dalam menjalani hidup saat ini guna menyongsong masa depan.
Dari sini, dapatlah kiranya kita tarik sebuah pernyataan bahwa bahasa menulis tidaklah harus dibatasi dengan sekat-sekat yang hanya akan mematikan kreativitas diri. Menulis adalah bagaimana ide/gagasan yang ada di benak dapat tersampaikan kepada pembaca dengan baik sehingga dapat diperoleh manfaat darinya. Setidaknya, dengan tulisanlah kita mengabadikan perjalanan hidup untuk diwariskan pada anak cucu cicit dan seterusnya. Sehingga meskipun jasad tak lagi bernyawa tetap bisa mengajari mereka melalui tulisan-tulisan yang tak pernah mati bersamaan kepergian kita.
Ironisnya, saat ini menulis telah menjadi sebuah bentuk komersialisasi di mana tulisan dapat diuangkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa hidup selalu butuh pada uang, akan tetapi saat tulisan ditulis dengan money oriented maka tujuan awal menulis; untuk memberi manfaat seakan sia-sia, hangus dimakan uang dan tulisan pun kian tidak bermakna. Karenanya, minimal menulislah untuk dirimu sendiri, menulislah dari hati untuk dapat dipetik maksud dan faedahnya! Selamat berkarya!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Manusia (Versi Makhluk Tuhan)

Sang kholifah di muka bumi, yang semua malaikat tunduk bersujud padanya, yang dianugerahi akal dan dengannya ia menjadi  makhluk paling sempurna diantara makhluk Tuhan lainnya, yang jika hina kehinaannya melebihi seekor binatang, tiada lain tiada bukan adalah manusia.
Itulah manusia, kadang ia menjelma menjadi malaikat yang begitu taat, tunduk pada sang kholiq, dan tak pernah berbuat syirik. Tapi hanya dalam satu kedipan mata, spontan ia menjelma menjadi iblis yang tak punya hati, berbuat maksiat kepada Tuhan dan tak mengakui keesaanNya. Sekejap, begitu indah hidup menjadi manusia, dengan akal ia bisa mengadakan perubahan yang hebat. Kesejahteraan dunia bisa digenggam dengan begitu mudah. Tapi dalam sekejap juga, menjadi manusia terasa begitu sulit, dengan nafsu yang dimilikinya seringkali ia terjebak dalam kubang kegelapan dan menyebabkan kehancuran di berbagai tempat. Lalu, apa yang harus kita perbuat sebagai manusia???
Kiranya kita tak perlu risau, karena Islam telah memberi jalan yang terbentang luas kepada umatnya. Jalan yang jika dilalui untuk menuju tujuan hidup, maka ia akan selamat sampai tujuan. Islam tak pernah memaksa manusia untuk mengikuti ajarannya, karena Islam adalah agama perdamaian serta sangat menghargai pluralitas. Manusia telah ditunjukkan pada dua jalan kontradiksi beserta konsekuensinya. Dapat dikatakan jalan yang lurus dan yang menyimpang.
Maka keputusan berada di tangan manusia. Apakah ia akan memilih jalan yang lurus dengan konsekuensi pahala untuknya, ataukah memilih jalan yang menyimpang dengan konsekuensi adzab Tuhan menantinya. Memang bukan hal mudah untuk menempuh jalan yang lurus, karena hakikatnya jalan itu sangat berliku-liku. Berbagai cobaan datang menghadang, mereka yang tak mampu menghadapinya akan putus asa dibuatnya. Tapi, mereka yang mampu menghadapinya dengan penuh kesadaran dan keridhoan akan mampu menikmati dan merasakan betapa besar cinta Tuhan padanya. Karena Tuhan tak akan memberi cobaan kepada manusia melebihi batas kemampuannya.
Kelahiran
Manusia, sebagimana hewan, tumbuhan dan alam semesta adalah makhluk, yakni sesuatu yang diciptakan. Sebagai sesuatu yang diciptakan, tentu ada sang kholiq yang menciptakan. Lalu bagaimana asal mula penciptaan manusia hingga ia terlahir di dunia ini?! Pertanyaan inilah yang sempat menjadi perdebatan hebat antar ilmuwan dunia, dan bahkan sampai saat ini masih saja ada orang yang memperdebatkan masalah ini, baik ilmuwan maupun non-ilmuwan. Darwin dengan teori evolusinya sempat menjadi berita populer yang diyakini oleh banyak orang. Ia mengatakan bahwa manusia adalah hewan yang berbicara atau dalam istilah arab dikatakan hayawanun natiq. Manusia adalah kera yang berevolusi secara bertahap hingga akhirnya menjadi manusia.
Sebagai muslim, perlu kita yakini bahwa manusia  diciptakan oleh Tuhan dengan penuh cinta dan kasih sayang sebagaimana telah dikisahkan dalam kitabullah kariim Al- Qur’an. Bahwa manusia berasal dari suatu saripati yang berasal dari tanah. Sebagaimana frman Allah swt dalam Qs. Al-mu’minun:12-14 sebagai berikut:
ولقد خلقنا الإنسان من سلالة من طين. ثم جعلنه نطفة في قرار مكين. ثم خلقنا النطفة علقة فخلقنا العلقة مظغة فخلقنا المظغة عظاما فكسونا العظم لحما ثم أنشأنه خلقا ءاخر فتبارك الله أحسن الخلقين.
“ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh(rahim). Kemudian air itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik. (Al- mu’ninun:12-14)
 Karena itu, kiranya tak perlu diragukan lagi bahwa kelahiran manusia ke dunia ini atas kehendak Tuhan. Bukan suatu kebetulan apalagi keterpaksaan. Tuhan sengaja menciptakan manusia untuk menyembahNya dan menjadi kholifah di muka bumi, bukan untuk membangkangNya ataupun membuat kerusakan. Jika manusia membuat kerusakan di muka bumi, maka ia telah menyalahi kodrat dan perintahNya.
Kematian
Tuhan telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan agar dapat saling melengkapi satu sama lain. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada hitam ada putih, ada pertemuan ada perpisahan, demikian juga ada kelahiran ada kematian. Banyak orang yang takut akan hadirnya kematian, baginya kematian adalah sosok yang sangat mengerikan. Tapi ada juga sebagian orang yang siap akan datangnya kematian. Itu semua tergantung bagaimana seseorang mengerti dan memahami akan arti sebuah kematian. Allah swt berfirman:
كل نفس ذائقة الموت، وانما توفون اجوركم يوم القيامة فمن زخزح عن النار وادخل الجنة فقد فاز وما الحيوة الدنيا الا متاع الغرور
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa diajuhkan dari neraka dan dimasukkan dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali- imron: 185)
Jika setiap manusia mengingat ayat tersebut, niscaya tak akan ada manusia jahat di dunia ini. karena semua sadar bahwa sebagaimana dahulu ia dilahirkan ke dunia ini, tentu suatu saat akan pergi meninggalkan dunia ini menuju tempat asal, yakni Allah swt sang Kholiq. Dan untuk dapat kembali dengan keadaan selamat manusia harus berbuat baik selama hidupnya di dunia, karena setiap jiwa akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah ia perbuat. “ kullukum roo’in wa kullukum masulun ‘an ro’iyyatihi.”
Kematian adalah rahasia Tuhan, tak seorangpun tahu kapan dan dimana ruhnya akan meninggalkan jasad yang ditempatinya dan kembali kepada Tuhan sang Kholiq. Ia datang dengan tiba-tiba. Bagaimanapun manusia tak akan pernah bisa menghindar darinya. Meski ia bersembunyi di lubang semut sekalipun.
Kematian bukan hal yang harus ditakuti, tapi ia adalah kenyataan yang suatu saat harus diterima dan dihadapi oleh setiap jiwa. Dan mau tidak mau manusia harus menghadapinya karena ia adalah makhluk bernyawa yang suatu saat malaikat Izroil akan mencabut nyawanya. Hendaknya manusia selalu ingat bahwa kematian selalu mengikutinya dan selalu siap untuk merenggut nyawanya, sehingga dalam setiap hembus nafasnya adalah kebaikan dan dalam setiap langkah kakinya adalah ibadah.
Dan perlu diingat bahwa kematian bukanlah akhir kehidupan, masih ada kehidupan lain yang menanti. Masih banyak tahap-tahap yang harus dilalui. Mulai dari kehidupan pasca kematian yakni kehidupan di alam barzah sampai pada  yaumul jaza’, hari pembalasan semua amal perbuatan manusia dimana mereka yang timbangan kebaikannya lebih berat akan diantar ke istana megah berupa surgaNya, dan mereka yang timbangan keburukannya lebih berat akan dilempar ke api neraka jahannam.
Wahai manusia, kuburan adalah rumah masa depan kita. Karena itu mari kita persiapkan diri kita baik secara dhohir maupun batin untuk menyambut rumah masa depan, agar nanti ia menjadi rumah mewah, nyaman dan aman bak istana para raja yang begitu megah dan indah hingga tiba yaumul qiyamah dan kita akan melanjutkan perjalanan ke istana yang lebih megah, yakni jannatunna’im. Selamat menjalankan tugas sebagai hamba Allah swt sekaligus kholifah fil ardh.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Peran Orang Tuan dalam Membangun Moral Bangsa


"Miris, ketika membaca surat kabar bahwa 45% di antara 700 pelajar Siswa Menengah Pertama (SMP) beranggapan bahwa mereka telah boleh melakukan hubungan intim. Bahkan yang lebih memilukan, 14% di antaranya sudah melakukan (Jawa Pos, Sabtu, 11 Februari 2012)."

Demikianlah kondisi remaja kita hari ini. Bahwa seks di luar jalur resmi pernikahan tak lagi menjadi hal tabu. Berbuat mesum di tempat-tempat terbuka seperti taman, danau, pantai dan tempat pariwisata lainnya merupakan hal wajar dan biasa-biasa saja, karena dalam mindset mereka, hal tersebut wajar bahkan menjadi sebuah kelaziman bagi pasangan yang sedang berpacaran. Hotel dan wisma-wisma penginapan pun juga mengizinkan remaja di bawah umur untuk chek-in.
Makna pacaran kian hari kian bergeser. Dahulu pacaran sekedar jalan berdua dan bercanda bersama, lalu beranjak pada bergandengan tangan, bersandar di pundak sang kekasih, dan tidur di pangkuan pujaan hati. Kini pacaran telah mencapai definisi berbuat mesum seperti berciuman dan sejenisnya. Pacaran menjadi tren dan kebanggaan. Mereka yang tidak memiliki pacar dianggap katrok dan ndeso.
Pacaran juga telah menjamah semua relung kehidupan, baik daerah perkotaan maupun pelosok desa juga pesisir. Tak ada satu tempat pun tidak mengenal kata pacaran. Pondok pesantren, yang nota bene adalah penjara suci tempat belajar agama dan moral pun telah mengenal pacaran, hanya saja model berpacaran mereka sedikit berbeda. Meski sudah ada larangan keras berpacaran, namun remaja saat ini semakin canggih saja berhubungan secara backstreet. Ini membuat pihak pesantren harus bekerja ekstra dan lebih cerdas dalam mendidik remaja hari ini.
Pelajaran moral yang diperoleh dari sekolah tak lagi berlaku. Mungkin mereka beranggapan bahwa bermoral hanya wajib ketika berada di sekolah saja, sehingga di luar sekolah merupakan area bebas moral. Ini akan berbahaya bagi masa depan individu dan juga citra Indonesia yang masyhur dengan sebutan bangsa bermoral sehingga harus segera diatasi.
Menjaga remaja Indonesia bukan 100% kewajiban Negara melainkan kewajiban semua pihak, baik secara individual sebagai makhluk berakal maupun kedudukan sosial. Peran sekolah sebagai lembaga formal pendidikan tidak bisa 100% menjamin moral siswanya, karena mereka tidak 24 jam berada di sekolah. Dari 24 jam yang ada, sebenarnya siswa lebih lama berada di luar sekolah. Terlebih jam materi tentang moral semakin dipersempit saja. Mata pelajaran pendidikan moral, sejak zaman Ir. Soekarno hingga saat ini belum menemukan titik yang pas.
Dimulai sejak tahun 1965 di mana presiden Soekarno menetapkan sistem pendidikan nasional pancasila untuk pendidikan pra sekolah hingga perguruan tinggi, lalu beralih ke presiden Soeharto di mana pendidikan moral Pancasila (PMP) mulai diajarkan untuk menggantikan pelajaran kewarganegaraan hingga saat ini yang berlabel pendidikan kewarganegaraan (PKN). Semua dilakukan untuk memperbaiki dan menjaga moral anak bangsa. Praktik-praktik moral juga kian tereduksi. Bagaimana tidak? Saat ini, mayoritas sekolah tak lagi mengajarkan siswanya untuk menjaga kebersihan secara mandiri. Piket harian sebagai praktik pendidikan menjaga kebersihan, gotong-royong, kerja sama, saling tolong-menolong dan bertanggungjawab tak lagi ada karena sudah digantikan oleh cleaning service.
Memang di satu sisi hal tersebut memberikan satu lowongan pekerjaan bagi para joblessness yang dalam praktiknya memang tidak begitu membutuhkan aspek akademik. Namun di sisi lain memberikan efek fatal karena dengan demikian siswa semakin dijauhkan dari praktik moral dalam kesehariannya. Siswa justru dilatih menjadi anak manja yang merasa jijik menyentuh benda-benda kotor. Dan mereka seringkali memandang rendah profesi cleaning service. Padahal, justru jasa mereka tak terhitung.
Siswa tak lagi dididik bagaimana bertanggungjawab terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Padahal, sekolah merupakan miniatur kehidupan masyarakat. Di mana untuk menciptakan kondisi lingkungan masyarakat yang kondusif dibutuhkan kerja sama dan tanggung jawab antar individu. Hal ini tidak dapat terjadi secara instan. Butuh proses panjang untuk menjadi manusia bertanggungjawab dan peka serta peduli terhadap sesama juga lingkungan di mana ia berada.
Belum lagi saat tiba di rumah, baju kotor tinggal taruh, lapar tinggal makan, kamar sudah dirapikan, dan butuh segala hal tinggal perintah. Semua telah beres di tangan pembantu rumah tangga. Anak selalu dimanjakan yang berakibat pada sikap malas dan selalu bergantung terhadap orang lain. Uang dari orang tua selalu mengalir, mereka bebas menggunakannya untuk apapun, sedang orang tua sibuk dengan karir masing-masing. Kasih sayang orang tua redup dan hampir sirna.
Padahal dalam perkembangannya, secara psikologis perhatian dan kasih sayang orang tua sangat dibutuhkan. Uang tidak bisa mewakili segalanya karena kasih sayang orang tua tak terbeli. Maka tidak bisa disalahkan ketika prosentase remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas kian bertambah. Mayoritas remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas berlatarbelakang keluarga berantakan; broken home. Karena kasih sayang yang mereka peroleh dirasa tidak cukup, mereka mencoba mencarinya di dunia luar.
Ketika mereka telah merasa menemukan teman dan hal-hal baru di luar sana, maka mereka mulai jarang pulang ke rumah. Pendidikan di sekolah pun diabaikan. Bagh mereka sekolah juga tiada guna. Dunia narkoba, miras, dan seks menjadi pilihan menggiurkan. Jika sudah demikian, barulah orang tua menyesal. Namun sayangnya, tidak sedikit pula orang tua yang masih mengabaikan anak demi karir dan bisnisnya.
Problem seperti ini harus menjadi perhatian utama orang tua. Menjadi orang tua adalah hal mulia namun tidak mudah. Tanggung jawab dan amanah utama orang tua adalah mendidik anak-anak agar kelak menjadi manusia bermoral dan membawa kemajuan bagi agama, keluarga, bangsa dan Negara. Jika demikian, maka akan tercipta kehidupan yang harmonis, sejahtera dan sentausa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS