Seseorang
yang dulu sering menjemput dan mengantarku ke pondok dengan sepeda Suzuki tahun
90-an kesayangannya. Seseorang yang sering menegurku ketika aku nakal.
Seseorang yang menjadi ayahku bahkan sejak aku masih SD. Saat ayahku tengah
merantau mencari nafkah untukku sekolah, ialah yang selalu mendidikku,
mengajariku, menyayangiku bagai aku adalah darah dagingnya.
Sosok
itu, kini telah beruban, renta dan sering sakit, bahkan hingga operasinya yang
ketiga, aku masih belum menemani dan melayaninya sebagaimana dulu ia lakukan
itu padaku. Ah, pakpoh… maafkan keponakanmu ini, yang belum bisa berada di
sisimu juga.
Kala
ku dengar kabar bahwa kau sering pingsan, dan hari ini, kau pingsan hampir 1
jam tak ada yang menemukanmu, hatiku ngilu. Ketakutan tiba-tiba menyergap. Aku
takut,,, takut,, takut kehilangan sosok ayah untuk kedua kalinya. Sejak ayahku
dipanggil oleh Sang Maut untuk kembali kepada Sang Prajapati Pemilik nyawa, kau
adalah sosok yang paling bisa kuanggap sebagai ayah
Tuhan,,,
meski ku tahu bahwa maut adalah sebuah kepastian bagi setiap jiwa, maaf karena
aku tetap memohon padaMu untuk memberinya kesehatan, kekuatan dan kesempatan
menghirup napas lebih lama lagi… beri aku kesempatan untuk mengabdi padanya
Tuhan, beri aku waktu untuk membuatnya tersenyum bahagia, beri aku momen untuk
bersama dengannya lebih lama…..
0 komentar:
Posting Komentar