Sang
Bagaskara terbit di ufuk timur, sinarnya yang cerah menerobos celah jendela
kamar. Awan pun bangkit dari kesibukannya memencet tut-tut keyboard tua
kesayangannya. Setelah lelah memeras pikiran berkutat pada membaca buku-buku
referensi dan melanjutkan karya tulisnya pada sebuah laman Microsoft word sejak
usai subuh, hangatnya sinar sang Bagaskara menyapa wajah tampan Awan, diiringi
semilir angin yang berhembus pelan memberikan satu kesegaran dan kekuatan
tersendiri bagi laki-laki pecinta ilmu pengetahuan itu.
Membaca
dan menulis telah menjadi satu rutinitas yang ia wajibkan bagi dirinya untuk
tidak berhenti belajar dan menyebarluaskan apa yang dipahaminya melalui tulisan-tulisan
yang ia tuangkan di berbagai media seperti blogspot, website, media jejaring
sosial, media cetak, dan beberapa jurnal. Anak semata wayang dari seorang janda
desa ini memang memiliki motivasi tinggi untuk terus dan terus belajar. Hal
terbesar yang menjadi motovasinya adalah sosok ibunya yang begitu tegar
melanjutkan hidup dan terus bersemangat mendukung putranya untuk melanjutkan
pendidikan meski secara ekonomi ia bisa dikatakan golongan menengah ke bawah.
“Le,
kalau kamu mau nglamar lagi untuk ngajar, lha gimana dengan kerjamu yang
sekarang?” sebuah
pesan singkat masuk di HP awan, menghentikannya dari menikmati ketenangan pancaran
sinar Matari pagi itu.
Sembari
tersenyum, Awan membalas pesan itu, “Tenang Buk, ngajar itu kan ndak setiap
hari. Mohon do’a ibu saja ya.”
“Amiin,
mugo-mugo Allah ngridloi lan awakmu kuat Le.” Kembali sebuah pesan balasan dari ibunya membuat Awan
merasa begitu bersyukur dilahirkan oleh seorang ibu yang begitu baik, tulus,
lembut dan menyayanginya segenap jiwa raga.
Nasihat
ibunya selalu membuatnya tentram dan damai. Kala ia tengah dirundung
kegelisahan, dililit masalah, mengalami kejenuhan klimaks, selalu muncul
bayangan ibu dengan senyum tulus, wajah tegas dan berdiri tegap dengan tangan
terkepal memberikan daya hidup lebih bersemangat. Kala ia berada dalam kesepian
dan kesendirian, sosok ibu muncul, mengelus rambutnya perlahan, memeluk Awan
penuh kehangatan, menyadarkannya bahwa ia tidak sendirian, “Ada ibu di sini
Nak….” Bisiknya lirih…..
Terima
kasih ibu, kau selalu menguatkanku
Terima
kasih ibu, kau selalu mendukungku
Terima
kasih ibu, kau selalu mencintaiku
Terima
kasih ibu, untuk selalu mengkhawatirkanku
Jangan
khawatir, anakmu akan berusaha membahagiakanmu
Dengan
segenap upayanya
0 komentar:
Posting Komentar