Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Silaturrahim Berbuah rumah #Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan#AskBNI

Malu bertanya sesat di jalan, mau bertanya tentu nggak sesat di jalan dan sampai pada tujuan. Ini adalah salah satu peribahasa yang ku peroleh saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar dan benar-benar memberi manfaat sangat mengejutkan saat sekarang ketika aku dan suami tengah kebingungan mengenai tempat tinggal pasca kelahiran buah hati tercinta.
Satu minggu sebelum pernikahan, suamiku diterima menjadi pegawai negeri di Sekolah Dasar Negeri 1 Wonokromo Surabaya. Maka, mau tak mau kami harus tinggal di Kota Pahlawan setelah proses pernikahan. Segera setelah itu kami keliling mencari kos terdekat dengan sekolah tempat suamiku bekerja. Seharian menikmati panasnya suasana kota, akhirnya kami mendapatkan kos yang cukup nyaman.
Sebagai orang baru di Surabaya, kami tak memiliki sanak saudara. Semua terasa begitu asing di tengah keramaian kota. Lalu suami teringat bahwa saudara sepupunya tinggal di daerah Sidoarjo. Suatu ketika kami berkunjung untuk menjalin tali silaturrahim setelah terakhir kali suami berkunjung pada tahun 2006. Tak terungkap betapa bahagianya Mbak Yana (sepupu suami) saat tahu kami datang. Meski baru pertama bertemu tapi kami (aku dan mbak Yana) terasa begitu akrab dan dekat.
Seharian di rumahnya, kami berbagi cerita tentang bagaimana sulitnya memulai hidup di tempat baru. Terlebih saat tidak memiliki koneksi dengan banyak pihak. Dengan sedikit malu ku beranikan diri bertanya padanya, ”Dulu gimana ceritanya sampai bisa punya rumah sebagus ini mbak?”
Dengan senang hati mbak Yana bercerita kisah hidupnya. Dimulai dari kos, kontrak dan akhirnya punya rumah. Sebuah perjuangan yang tak mudah untuk dijalani namun menjadi kenangan manis yang tak terlupakan. ”Gimana ya mbak caranya kami punya rumah. Tanah di daerah Surabaya mahal-mahal. Apalagi kalau rumah jadi. Sedang rumah merupakan kebutuhan primer. Akan menjadi susah kalau kami harus berpindah kos atau kontrak sana-sini.”
Ia menasihatiku agar menabung sejak sekarang dan berani mengambil jalan ekstrim untuk segera membeli rumah meski dengan jalan kredit mengingat suami sudah punya penghasilan tetap meski tak banyak. Karena menurutnya, kalau menunggu punya uang untuk membeli rumah secara cash akan sulit terealisasi. Dan berdasar pengalamannya, jika uang di tangan, akan sulit untuk tidak membelanjakannya. Selalu dan selalu ada kebutuhan (baik primer, sekunder dan tak jarang tersier) yang akan membuat uang itu akhirnya lepas dari genggaman. Ia menyarankan hal itu pula mengingat kondisiku yang belum punya momongan sehingga kebutuhan hidup masih sederhana. Karena ketika sudah punya momongan kebutuhan hidup akan lebih membengkak terutama ketika anak sampai pada usia sekolah.
Namun, ia juga memaparkan resiko-resiko yang harus kami (aku dan suami) tanggung. Salah satunya adalah harus siap hidup hemat. Mengapa demikian? Karena setiap bulan punya tanggungan cicilan ke bank. Lagi, kami harus terus semangat dalam bekerja, agar sesegera mungkin bisa melunasi kredit rumah. Dan kami siap menanggung resiko itu.

Tak lama kemudian Mas Latip (suami mbak Yana) datang dan kami melanjutkan obrolan. Ia menyarankan agar kami mencari rumah di daerah Sidoarjo atau Mojokerto saja karena biaya lebih ringan dibanding harga di Surabaya kota, meski jarak rumah dengan tempat kerja cukup jauh, namun itu sebuah pilihan yang harus diambil. Jika tidak, akan sulit bagi kami untuk memiliki rumah. Dan kebetulan mas Latip bergelut dalam proyek-proyek pembangunan perumahan di Sidoarjo. Ia pun menawarkan sebuah lokasi perumahan kepada kami dengan sistem KPR. Hari itu juga kami berkunjung ke lokasi dan kami (aku dan suami) menyukai tempatnya yang berdekatan dengan masjid dan pasar. Hanya saja kami tak punya modal sama sekali untuk DP dan semacamnya. Karena Mas Latip sudah berpengalaman di bidang itu dan ia masih saudara sepupu suami, ia bantu kami untuk mengurus pengajuan KPR ke Bank. Akhirnya, bulan ini (Januari 2016) calon rumah kami mulai dibangun. Alhamdulillah, semua berkat silaturrahim dan mau bertanya serta berbagi. Semoga semua berjalan lancar dan segera bisa ditempati meski masih kredit. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Lentera Sembilan mengatakan...

Salah satu faktor yang bikin takut nikah : belum punya atap bernaung.
Selamat buat bakal rumah barunya mbak tin...

Unknown mengatakan...

Selamat mbak tina.....semoga hasil, meski kredit tapi semua dari hasil jerih payah sendiri itu terasa lebih memuaskan dan melegakan mbak tina....doanya juga ya mbak tina....

Posting Komentar