“Tak
satu pun organisasi yang lahir tanpa konflik, pun sebaliknya; tak ada konflik
yang tak terselesaikan dalam sebuah organisasi.”
Begitulah
Baburrachman mengawali pembicaraan dengan tenang dan penuh wibawa saat MC
memberinya kesempatan untuk berbicara. Menggambarkan daya intelektualitasnya
yang tinggi (LKP2M banget gitu lhoo.., hehe..,). Setiap kata yang keluar
darinya selalu mengandung hikmah untuk diambil sebuah pelajaran. Tak heran jika
ia dikenal sebagai dewa kajian di lembaga ini.
Suasana
kian genting, semua mulut terdiam, semua mata terheran menyaksikan forum malam
itu. Sebuah forum kekeluargaan yang memberikan satu titik pencerahan, yang mampu
menguraikan ikatan-ikatan benang ruwet yang selama ini masih belum
terurai. Berawal dari konflik kecil yang belum ter(di)selesaikan, lalu datang
lagi masalah kecil yang lain, demikian seterusnya hingga permasalahan kian
menggunung. Dan malam ini (13/05) jam 18.00-00.00 WIB di kedai kopi medan
belakang UIN Maliki seluruh keluarga besar LKP2M bersama-sama menanggalkan dan
meninggalkan kepentingan individu demi LKP2M tercinta.
Pisuh-pisuhan,
tuding-menuding, klaim-mengklaim, teriak-meneriaki, tangis, mangkel, sakit
hati, emosi yang membludak, kelelahan yang telah sampai pada titik jenuh, benci
yang telah berada pada titik klimaks, semua tertumpahkan malam itu. Tak ada lagi
aling-aling, hijab, dan kemunafikan. Keterbukaan antar individu untuk LKP2M lebih
baik secara umum dan masing-masing individu khususnya menjadi landasan
dihelatnya forum tersebut. Sehingga قل الحقّ ولوكان مرّا menjadi nyata malam itu. Inilah organisasi, tempatnya mangkel
dan sakit hati. (ndak mau mangkel dan sakit hati??? Ya jangan berorganisasi..,
hehehehe…)
Aku yang sejak awal hanya menjadi pendengar setia,
memperoleh banyak ilmu dari forum ini. Ilmu kehidupan yang tak mungkin ku
dapatkan jika aku hanya duduk manis di bangku perkuliahan dan berkutat pada mata
kuliah yang mayoritas pengajar dan pelajarnya GJ. Semoga semua gus ning LKP2M pun
demikian, dapat memahami semua ini sebagai ilmu yang sangat berharga, proses untuk
lebih dewasa dan bijak. Karakter masing-masing individu yang sangat beragam,
mulai dari cara berkomunikasi_menyampaikan, menanggapi maupun menyanggah
pendapat_, cara menyikapi masalah, cara mendidik, cara menasihati, cara
mengkritik dan memberi saran, cara pengambilan sebuah keputusan dan cara-cara
yang lain, benar-benar memberikan kita banyak ilmu berharga.
Secara mental, kita dididik untuk menjadi insan yang militant,
loyal dan tidak manja. Dalam aspek sosial, kita diajari bagaimana
mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan organisasi. Bagaimana kita
melepas ego diri untuk kemaslahatan bersama. Mau mendengarkan dan saling
menerima satu sama lain. Mencari titik temu atas segala permasalahan yang ada.
Saya kira, semua gus ning LKP2M mencintai LKP2M dengan
cinta yang tulus. Hanya saja perlu dipahami bersama bahwa ekspresi cinta tidak
hanya satu macam, namun sangat beragam. Biarkan gus ning mencintai LKP2M dengan
caranya masing-masing. Dia yang setiap hari datang ke UKM, makan bersama,
ngepel UKM, dan menatanya selalu adalah orang yang paling cinta LKP2M. Sedang
dia yang tak pernah ke UKM, sibuk di sana-sini, datang ke UKM hanya sekedar
menengok, dia adalah musyrik, murtad sehingga harus segera dienyahkan. Belum tentu
demikian. Aku cinta LKP2M dengan caraku, dia cinta LKP2M dengan caranya, kamu
cinta LKP2M dengan caramu, mereka cinta LKP2M dengan cara mereka.
Tingkat loyalitas gus ning terhadap LKP2M tak dapat diukur
hanya dengan hal tersebut. Hanya saja output ‘sense of belonging’
dari masing-masing metode mencinta gus ning memang berbeda-beda. Dan itu semua
merupakan konsekuensi logis atas besar kecilnya cinta yang dicurahkan. Oleh karenanya,
tak perlu lah kiranya kita menjugde bahwa _aku lah yang paling loyal,
dialah yang paling mencintai LKP2M. Orang
seperti kamulah yang paling mencintai LKP2M. dst…,_ “Kita semua cinta
LKP2M, ayo kita maju bersama di dan demi LKP2M.”, inilah yang harus kita
teriakkan.
“Setiap individu memiliki kepentingan itu pasti, namun
seringkali kepentingan itu dianggap negative sehingga harus pula dilawan dengan
negative. Dan ini merupakan kesalahan pemahaman yang tidak memberikan ending
baik.” Tegas dewa kajian LKP2M di separoh pembicaraannya.
Inilah LKP2M dengan kolektif kolegialnya, dengan
keeksotisannya, dengan estetikanya, dengan penelitiannya, dengan kajiannya, dan
dengan pengembangan mahasiswanya. Semua adalah wahana untuk kita mengarungi hidup
dan kehidupan ini dengan arif bijaksana. Love u, LKP2M.
Selasa,
00:37
Bersama nyanyian jangkrik yang setia menemani
Bersama nyanyian jangkrik yang setia menemani
1 komentar:
Menarik sekali, mencintai yang satu dengan berbagai cara. Tapi ngomong2 identitas penulisnya koq ndak ada ya....
Posting Komentar