Selama
ini aku memang selalu tidak PD dengan tulisanku. Pasalnya aku belum mampu
menuliskan ide-ideku dengan kata-kata indah yang enak dibaca dan meninggalkan
kesan wah bagi pembacanya. Terlebih, saat tahu bahwa setiap tulisan memiliki
standart tersendiri. Bahwa menulis harus menggunakan EYD, ilmiah, sekian
karakter, dan pakem-pakem yang membuatku terkungkung dan terkurung. Tulisan
yang tidak sesuai pakem adalah tulisan yang tidak baik, atau belum layak menjadi
konsumsi publik. Karenanya, aku selalu ragu jika tulisanku harus dibaca orang
lain.
Namun,
mulai sekarang aku terus mencoba menuliskan apapun yang ada di benakku. Tentang
komentar dan pendapatku atas segala hal, baik yang menyangkut diriku sendiri
maupun hal-hal di luarnya seperti fenomena sosial yang ada. Setiap orang
memiliki hak untuk berpendapat atas sebuah fenomena, baik dhohir maupun yang
bersifat transendental dan keilmuan. Bahasa yang digunakan dalam menulis pun
tak harus mengacu pada ukuran standart bahasa yang baik dan benar. Karena inti
menulis bukanlah kompetisi menyampaikan pendapat dengan bahasa terbaik dan
terindah, namun menyampaikan ide dan gagasan.
Kita
harus kembali ke awal tujuan menulis. Bahwa tulisan merupakan salah satu media
penyampai informasi yang sangat efektif karena ia memuat sejarah. Sebelum
adanya budaya menulis, maka selama ini segala informasi dan ilmu pengetahuan
hanya ada di lisan sehingga tidak bersifat abadi. Setelah lahirnya budaya menulis,
maka kita akan dapat membaca sejarah dan segala hal di dalamnya yang terjadi di
masa lampau untuk dijadikan cermin dalam menjalani hidup saat ini guna
menyongsong masa depan.
Dari
sini, dapatlah kiranya kita tarik sebuah pernyataan bahwa bahasa menulis
tidaklah harus dibatasi dengan sekat-sekat yang hanya akan mematikan
kreativitas diri. Menulis adalah bagaimana ide/gagasan yang ada di benak dapat
tersampaikan kepada pembaca dengan baik sehingga dapat diperoleh manfaat
darinya. Setidaknya, dengan tulisanlah kita mengabadikan perjalanan hidup untuk
diwariskan pada anak cucu cicit dan seterusnya. Sehingga meskipun jasad tak
lagi bernyawa tetap bisa mengajari mereka melalui tulisan-tulisan yang tak
pernah mati bersamaan kepergian kita.
Ironisnya,
saat ini menulis telah menjadi sebuah bentuk komersialisasi di mana tulisan
dapat diuangkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa hidup selalu butuh pada uang,
akan tetapi saat tulisan ditulis dengan money oriented maka tujuan awal
menulis; untuk memberi manfaat seakan sia-sia, hangus dimakan uang dan tulisan
pun kian tidak bermakna. Karenanya, minimal menulislah untuk dirimu sendiri,
menulislah dari hati untuk dapat dipetik maksud dan faedahnya! Selamat
berkarya!!!
0 komentar:
Posting Komentar