Sang kholifah di
muka bumi, yang semua malaikat tunduk bersujud padanya, yang dianugerahi akal
dan dengannya ia menjadi makhluk paling
sempurna diantara makhluk Tuhan lainnya, yang jika hina kehinaannya melebihi
seekor binatang, tiada lain tiada bukan adalah manusia.
Itulah manusia,
kadang ia menjelma menjadi malaikat yang begitu taat, tunduk pada sang kholiq,
dan tak pernah berbuat syirik. Tapi hanya dalam satu kedipan mata, spontan ia
menjelma menjadi iblis yang tak punya hati, berbuat maksiat kepada Tuhan dan
tak mengakui keesaanNya. Sekejap, begitu indah hidup menjadi manusia, dengan
akal ia bisa mengadakan perubahan yang hebat. Kesejahteraan dunia bisa
digenggam dengan begitu mudah. Tapi dalam sekejap juga, menjadi manusia terasa
begitu sulit, dengan nafsu yang dimilikinya seringkali ia terjebak dalam kubang
kegelapan dan menyebabkan kehancuran di berbagai tempat. Lalu, apa yang harus
kita perbuat sebagai manusia???
Kiranya kita tak
perlu risau, karena Islam telah memberi jalan yang terbentang luas kepada
umatnya. Jalan yang jika dilalui untuk menuju tujuan hidup, maka ia akan
selamat sampai tujuan. Islam tak pernah memaksa manusia untuk mengikuti
ajarannya, karena Islam adalah agama perdamaian serta sangat menghargai pluralitas.
Manusia telah ditunjukkan pada dua jalan kontradiksi beserta konsekuensinya. Dapat
dikatakan jalan yang lurus dan yang menyimpang.
Maka keputusan
berada di tangan manusia. Apakah ia akan memilih jalan yang lurus dengan
konsekuensi pahala untuknya, ataukah memilih jalan yang menyimpang dengan
konsekuensi adzab Tuhan menantinya. Memang bukan hal mudah untuk menempuh jalan
yang lurus, karena hakikatnya jalan itu sangat berliku-liku. Berbagai cobaan
datang menghadang, mereka yang tak mampu menghadapinya akan putus asa
dibuatnya. Tapi, mereka yang mampu menghadapinya dengan penuh kesadaran dan
keridhoan akan mampu menikmati dan merasakan betapa besar cinta Tuhan padanya.
Karena Tuhan tak akan memberi cobaan kepada manusia melebihi batas
kemampuannya.
Kelahiran
Manusia, sebagimana
hewan, tumbuhan dan alam semesta adalah makhluk, yakni sesuatu yang diciptakan.
Sebagai sesuatu yang diciptakan, tentu ada sang kholiq yang menciptakan. Lalu
bagaimana asal mula penciptaan manusia hingga ia terlahir di dunia ini?! Pertanyaan
inilah yang sempat menjadi perdebatan hebat antar ilmuwan dunia, dan bahkan
sampai saat ini masih saja ada orang yang memperdebatkan masalah ini, baik
ilmuwan maupun non-ilmuwan. Darwin dengan teori evolusinya sempat menjadi
berita populer yang diyakini oleh banyak orang. Ia mengatakan bahwa manusia
adalah hewan yang berbicara atau dalam istilah arab dikatakan hayawanun
natiq. Manusia adalah kera yang berevolusi secara bertahap hingga akhirnya
menjadi manusia.
Sebagai muslim,
perlu kita yakini bahwa manusia
diciptakan oleh Tuhan dengan penuh cinta dan kasih sayang sebagaimana
telah dikisahkan dalam kitabullah kariim Al- Qur’an. Bahwa manusia berasal dari
suatu saripati yang berasal dari tanah. Sebagaimana frman Allah swt dalam Qs.
Al-mu’minun:12-14 sebagai berikut:
ولقد خلقنا الإنسان من سلالة من طين. ثم جعلنه نطفة في قرار مكين. ثم
خلقنا النطفة علقة فخلقنا العلقة مظغة فخلقنا المظغة عظاما فكسونا العظم لحما ثم
أنشأنه خلقا ءاخر فتبارك الله أحسن الخلقين.
“ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh(rahim). Kemudian air itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik. (Al- mu’ninun:12-14)
Karena itu, kiranya tak perlu diragukan lagi
bahwa kelahiran manusia ke dunia ini atas kehendak Tuhan. Bukan suatu kebetulan
apalagi keterpaksaan. Tuhan sengaja menciptakan manusia untuk menyembahNya dan
menjadi kholifah di muka bumi, bukan untuk membangkangNya ataupun membuat
kerusakan. Jika manusia membuat kerusakan di muka bumi, maka ia telah menyalahi
kodrat dan perintahNya.
Kematian
Tuhan telah
menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan agar dapat saling melengkapi satu
sama lain. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada hitam ada
putih, ada pertemuan ada perpisahan, demikian juga ada kelahiran ada kematian.
Banyak orang yang takut akan hadirnya kematian, baginya kematian adalah sosok
yang sangat mengerikan. Tapi ada juga sebagian orang yang siap akan datangnya
kematian. Itu semua tergantung bagaimana seseorang mengerti dan memahami akan
arti sebuah kematian. Allah swt berfirman:
كل نفس ذائقة الموت، وانما توفون اجوركم يوم القيامة فمن زخزح عن
النار وادخل الجنة فقد فاز وما الحيوة الدنيا الا متاع الغرور
“ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa
diajuhkan dari neraka dan dimasukkan dalam surga maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” (Ali- imron: 185)
Jika setiap manusia
mengingat ayat tersebut, niscaya tak akan ada manusia jahat di dunia ini.
karena semua sadar bahwa sebagaimana dahulu ia dilahirkan ke dunia ini, tentu
suatu saat akan pergi meninggalkan dunia ini menuju tempat asal, yakni Allah
swt sang Kholiq. Dan untuk dapat kembali dengan keadaan selamat manusia harus
berbuat baik selama hidupnya di dunia, karena setiap jiwa akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang telah ia perbuat. “ kullukum roo’in wa
kullukum masulun ‘an ro’iyyatihi.”
Kematian adalah
rahasia Tuhan, tak seorangpun tahu kapan dan dimana ruhnya akan meninggalkan
jasad yang ditempatinya dan kembali kepada Tuhan sang Kholiq. Ia datang dengan
tiba-tiba. Bagaimanapun manusia tak akan pernah bisa menghindar darinya. Meski
ia bersembunyi di lubang semut sekalipun.
Kematian bukan hal
yang harus ditakuti, tapi ia adalah kenyataan yang suatu saat harus diterima
dan dihadapi oleh setiap jiwa. Dan mau tidak mau manusia harus menghadapinya
karena ia adalah makhluk bernyawa yang suatu saat malaikat Izroil akan mencabut
nyawanya. Hendaknya manusia selalu ingat bahwa kematian selalu mengikutinya dan
selalu siap untuk merenggut nyawanya, sehingga dalam setiap hembus nafasnya
adalah kebaikan dan dalam setiap langkah kakinya adalah ibadah.
Dan perlu diingat
bahwa kematian bukanlah akhir kehidupan, masih ada kehidupan lain yang menanti.
Masih banyak tahap-tahap yang harus dilalui. Mulai dari kehidupan pasca
kematian yakni kehidupan di alam barzah sampai pada yaumul jaza’, hari pembalasan semua amal
perbuatan manusia dimana mereka yang timbangan kebaikannya lebih berat akan
diantar ke istana megah berupa surgaNya, dan mereka yang timbangan keburukannya
lebih berat akan dilempar ke api neraka jahannam.
Wahai manusia, kuburan
adalah rumah masa depan kita. Karena itu mari kita persiapkan diri kita baik
secara dhohir maupun batin untuk menyambut rumah masa depan, agar nanti ia
menjadi rumah mewah, nyaman dan aman bak istana para raja yang begitu megah dan
indah hingga tiba yaumul qiyamah dan kita akan melanjutkan perjalanan ke
istana yang lebih megah, yakni jannatunna’im. Selamat menjalankan tugas
sebagai hamba Allah swt sekaligus kholifah fil ardh.
0 komentar:
Posting Komentar