Terjadi
sebuah peristiwa “5 orang gadis diperkosa hingga ajal menjemput”. Menyikapi
peristiwa memilukan ini, masih saja ada di antara kita berkomentar: “Makanya,
jadi perempuan itu cara berpakaiannya dijaga. Jangan salahkan lelaki jika
akhirnya tak tahan melihat lekukan-lekukan indah tubuh wanita yang sengaja
dipamerkan. Kucing mana yang tak mau saat disodorkan daging empuk?”
Sudah
dinodai hingga nyawa melayang, masih saja disalahkan. Malang nian nasibmu wahai
perempuan! Padahal tak sedikit pemerkosaan yang dilakukan pada perempuan berjilbab, yang telah sebaik mungkin menutup auratnya. Jika demikian, masihkah perempuan juga dipersalahkan? Dari problem-problem seperti inilah terjadi pendiskriminasian perempuan.
Mengapa hanya memandang dengan sebelah mata? tidak bisakah kita memandang
segala permasalahan seputar laki-laki dan perempuan secara seimbang? Dari aspek
perempuan juga laki-lakinya. Perempuan pun tak pernah meminta memiliki bentuk
tubuh yang merangsang syahwat lelaki, pun demikian lelaki, ia juga tak ingin
begitu berhasrat saat melihat tubuh perempuan. Semua itu alamian terjadi,
kodrati.
Di
sinilah letak keadilan Tuhan. Masing-masing kita baik laki-laki maupun
perempuan harus menjaga diri. Bukan hanya satu pihak saja yang dipersalahkan.
Saat ungkapan di atas terucap dari mulut seseorang, di saat yang sama, tidakkah
ia juga berpikir bahwa laki-laki juga diharuskan ghoddul bashor? Ini
terjadi karena paradigma masyarakat kita yang menganggap laki-laki adalah
makhluk superior sehingga tidak patut untuk dipersalahkan. Padahal paradigma tersebut
merupakan paradigma kaum kapitalisme yang menganggap perempuan sebagai makhluk
lemah yang layak diperdagangkan guna meraup keuntungan.
Karena
itulah, perempuan harus tahu siapa dirinya hingga ia tahu dan mampu bagaimana
bersikap sebagai perempuan. Sebaliknya, laki-laki harus tahu siapa dirinya
hingga ia tahu dan mampu bersikap sebagaimana mestinya seorang lelaki. Dengan
demikian, tak lagi ada diskriminasi perempuan dan superioritas laki-laki.
Karena di hadapanNya; Sang Pencipta laki-laki dan perempuan, kita semua sama.
Tanpa kecuali. Hanya ketakwaan yang membedakan derajat kemuliaan. Laki-laki
maupun perempuan tak berhak sombong atas dirinya. Tak malukah kita padaNya yang
Maha sombong? Hanya Dialah yang berhak untuk sombong.
***_Tulisan ini lahir bukan karena
penulis seorang perempuan_***
0 komentar:
Posting Komentar