Egrang,
salah satu permainan tradisional yang belum dapat dideteksi dengan pasti asal-usulnya.
Biasanya permainan ini banyak ditemui di desa-desa. Di beberapa daerah tertentu
permainan ini dapat kita temui dengan nama yang beragam, seperti: sebagian wilayah
Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau
yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama
Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang.
Saat
ini
egrang dan permainan tradisional sejenis kian redup tergantikan oleh
berbagai permainan modern mutakhir. Meski untuk membelinya membutuhkan
biaya yang tidak sedikit, namun demi melihat sang anak tersenyum
bahagia, maka rela tak rela orang tua akan membelinya untuk buah hati
tercinta. Paradigma masyarakat telah tergiring, terkonstruk, bahwa
permainan tradisional itu kuno, ketinggalan zaman, katrok, ndeso dan
seterusnya. Padahal, jika mau berpikir lebih jauh dan mencoba
menganalisa apa maksud di balik semua, tak lain dan tak bukan adalah
bisnis kaum kapitalis, yang menjadikan masyarakat kita konsumen atas
produk-produk yang ditelurkan Barat.
Dengan
harga melangit, permainan ini digelontorkan. Selain mencekik leher dan
menguras kantong, yang lebih membahayakan lagi, permainan ini
menyebabkan anak lupa waktu. Bermain dan bermain yang diinginkan.
Permainan visioner yang sengaja dihadirkan guna merusak moral anak dan
remaja kita. Berbagai adegan kekerasan dapat kita temukan dalam
permainan. Masa kanak-kanak adalah masa di mana mereka masih suka meniru
apa yang dilihatnya. Di sinilah, peran orang tua sangat diperlukan.
Bimbingan orang tua harus senantiasa diberikan dalam proses perkembangan
anak jika tak ingin anaknya terjatuh dalam lembah kelam Efek
Globalisasi.
Selain
itu, sebisa mungkin orang tua harus tetap memperkenalkan
permainan-permainan tradisional kepada anak. Dengan memanfaatkan
benda-benda yang ada di sekitar, anak diajari untuk kreatif menciptakan
beragam jenis permainan. Permainan sederhana yang memuat nilai-nilai
moralitas dan dapat diperoleh dengan tanpa harus menguras kantong.
Di tengah derasnya permainan produk Barat, hari ini, di desa Sepanjang, sepulang
dari sekolah aku melihat dua orang anak sedang asyik bermain egrang. Dengan
modal bambu kering yang sudah tak dipakai mereka dapat menikmati asyiknya
bermain egrang. Lahan bermain yang terlampau sempit pun tak membuat mereka kehilangan tawa.
Sejenak ku ikut bermain, ingin mencoba, tapi sepertinya bambu yang dipakaitak kuasa jika harus menahan berat badanku, hehe...
0 komentar:
Posting Komentar