Semua kian jelas terasa.
Materi telah menggantikan posisi Tuhan bagi manusia kebanyakan. Padahal telah
menjadi maklum bahwa materi bersifat fana; suatu saat pasti rusak dan
menjadikan hati tak tenang, penuh persaingan yang membawa pada permusuhan
karena saling berebut. Selama manusia masih saja terus memperebutkan materi,
niscaya kedamaian, keharmonisan dan kesejahteraan masih jauh dari kata terwujud.
Pendidikan
bagaimanapun menjadi hal urgen dalam hidup dan kehidupan. Bukan karena dengan
ijazah _sebagai
output yang sering diutamakan pendidikan saat ini_ lalu kita bisa
memperoleh pekerjaan, melainkan karena ia mampu merubah manusia. Dari bodoh_ketidaktahuan.red_
menjadi pintar _tahu.red_ sehingga mampu memilah dan memilih
mana yang benar dan mana yang salah, sehingga tahu apa yang harus dilakukannya atas
nama kemanusiaan. Pendidikan bukan ladang bisnis, namun realita yang ada
pendidikan telah dikomersialkan. Ia menjadi sebuah komoditas yang berpeluang
tinggi untuk mempertebal kantong pribadi. Dengan mengatasnamakan pentingnya
pendidikan mereka seolah mempedulikan nasib anak bangsa padahal hakikatnya
menguras kantong orang tua wali melalui biaya yang melambung tinggi.
Orientasi
pendidikan bukan lagi menghapus kebodohan; mencerdaskan kehidupan bangsa_sebagaimana
termaktub dalam undang-undang dasar 1945 paragraf IV_
namun money oriented sehingga wajar jika pendidikan yang digembor-gemborkan_berstandart
Internasional, bertaraf internasional dan segala yang membawa-bawa nama
internasional_ tak mampu membawa bangsa ini pada sebuah progresivitas
justru membuatnya lumpuh, bobrok tak bermoral. Hakikat utama pendidikan tak
lagi diindahkan. Terlintas sebuah pernyataan Ach. Dzofir Zuhry; Rektor STF
al-Farabi ‘selama ilmu pengetahuan tidak dihargai, bangsa ini tak akan bisa
maju dan berkembang!’. Mari mulai dari diri sendiri untuk menghargai ilmu
pengetahuan. Pun demikian jangan tersilaukan jua, karena tak sedikit kepala
yang menyalahgunakan ilmu pengetahuan, bahkan di era ini hal tersebut telah
merajalela. Teringat kata-kata Pram dalam tetraloginya; Anak Semua Bangsa, ‘Ilmu
pengetahuan mengusik siapa saja dari keamanan dan kedamaiannya. Juga manusia
sebagai makhluk sosial dan sebagai individu tidak lagi bisa merasa aman. Dia dikejar-kejar
selalu, karena ilmu pengetahuan modern memberikan inspirasi dan nafsu untuk
menguasai: alam dan manusia sekaligus. Tak ada kekuatan lain yang bisa
menghentikan nafsu berkuasa ini, kecuali ilmu pengetahuan itu sendiri yang
lebih unggul, di tangan manusia yang lebih berbudi.’ Maka menjadilah insan berilmu
pengetahuan yang berbudi!!! Semoga!!!
0 komentar:
Posting Komentar