Seorang
pemimpin, apapun itu, haruslah optimis. Sebab dengan keoptimisannya akan
memberi pengaruh kuat terhadap anak buah dan orang-orang di sekitarnya. Mereka
yang dipimpin akan dengan mantap pula melangkahkan kaki, bersama meraih tujuan
yang telah ditetapkan bersama sebagaimana tercantum dalam rangkaian kalimat
visi-misi.
Untuk
memperoleh keoptimisan itu, tentu seorang pemimpin tidak mendapatkannya secara
cuma-cuma seperti melalui mimpi misalnya, namun keoptimisan harus diperoleh
melalui pemikiran yang mendalam dan analisis yang tepat sehingga melahirkan
prediksi yang tepat pula. Dan tentu hal itu bisa dilakukan hanya oleh mereka
yang memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas. Seseorang tanpa pengetahuan,
akan sulit baginya untuk memulai sesuatu, apalagi jika harus memimpin dan
mengorganisir sebuah instansi atau organisasi.
Selain
optimism yang tinggi, pemimpin juga harus mampu meyakinkan anggotanya bahwa
prediksi yang dilahirkan dari pemikirannya yang mendalam tidak akan meleset dan
tentu sangat membutuhkan uluran tangan sahabat-sahabat seperjuangan. Karena
sehebat dan sedahsyat apapun sebuah ide, ia tak akan berarti banyak tanpa ada
yang berani (cukup gila) mencobanya{Rene Suhardono}. Dan satu lidi tak akan
berguna banyak tanpa lidi-lidi lainnya, sehingga untuk mencapai sebuah tujuan
seseorang tidak harus berjalan sendiri, namun ia memerlukan tangan-tangan lain
untuk saling bergandeng, menguatkan satu sama lain dan saling melengkapi,
mengingat setiap manusia memiliki potensi unik yang beragam dan tentunya
memiliki soft skill di bidang yang berlainan.
Orang-orang
yang memiliki tujuan yang baik harus pula mengorganisir diri mereka dalam
sebuah organ agar tak terkalahkan oleh kejahatan yang telah terorganisir dengan
baik. Investasi kebaikan harus mulai dilakukan oleh person-person demi menjaga
keseimbangan dan harmonisasi kehidupan. Gerakan-gerakan sporadic melawan arus
hidup konsumerisme, hedonism dan glamour yang membuat manusia semakin
individualis memperkaya diri sendiri tanpa mempedulikan sekitar yang hampir
mati menahan lapar dan kerasnya kehidupan harus terus digalakkan.
Orang-orang
kaya harus mengingat kembali, bahwa dalam harta yang mereka miliki ada hak-hak
kaum papa. Jika hak itu tidak diberikan, maka ia hanya harus menunggu datangnya
bencana yang akan menimpanya, karena harta benda adalah sesuatu yang sudah
pasti akan musnah. Berlainan dengan itu, investasi kebaikan akan terus hidup
bahkan jika sang pelaku telah meninggalkannya. Selain itu, investasi kebaikan
merupakan satu cara untuk melestarikan kebudayaan. Karenanya mereka yang
bergerak dan berupaya demi terwujudnya kesejahteraan kehidupan harus
terorganisir dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar